Apa sebenarnya tolak ukur kita menyatakan seseorang termasuk Pintar atau Bodoh? Bagi seorang pelajar dua kata ini pasti mungkin sudah tidak asing lagi bukan? Di dalam suatu kelas rasanya sudah wajar lah jika terdapat hanya beberapa orang saja yang pintar dan banyak yang bodoh. Apakah ini memang benar? Dari mana kita bisa yakin mereka itu memang betulan pintar atau pura-pura bodoh?

Bagi saya dua kata ini sangatlah relatif nilainya. Sama seperti orang yang baik dan buruk. Cantik dan Jelek. Rajin dan Malas. Itu semua hampir tidak memiliki tolak ukur yang pasti. Kita hanya bisa menilai antara Pintar dan Bodoh jika ada terdapat dua orang yang bisa dijadikan sebagai perbandingan. Nah, gimana kalau cuman ada satu orang saja? Iya pastinya terserah dia donk mau dibilang pintar atau bodoh. Iyaa gak? Makanya kalau sahabat mau jadi orang terpintar, cari aja hutan tak berpenghuni dan tinggallah disana. Hehehe.. 😀

papan-tulis-mau-pintar-atau-bodoh

Sekolah Orang Pintar bukan Orang Bodoh

Saya agak miris dengan pola pendidikan atau sekolah yang terlalu sering mempermasalahkan dua sifat berlawanan ini. Selalu saja terdengar ada istilah si pintar dan si bodoh didalam proses belajar mengajar. Pokoknya kalau mau nilai bagus iyaa harus pintar. Kalau bodoh tahankan lah situ dapet nilai yang anjlok. Mungkin dari sinilah awal munculnya sebuah pola pemikiran bahwa:

Setiap orang yang ingin dibilang PINTAR itu sudah pasti nilainya harus bagus. Dan begitu juga sebaliknya, jika kita hanya bisa mendapat nilai yang buruk bersiap-siaplah untuk di-cap sebagai orang BODOH.

Parahnya lagi, kebanyakan pendidik atau pengajar di sekolahan itu malah lebih cenderung sukanya hanya sama orang-orang yang dianggapnya pintar saja. Selalu saja yang pintar dimanja-manjakan. Sementara si bodoh selalu saja dicaci maki dan diabaikan. Ngerti gak ngerti yang penting si pintar sudah ngerti, maka pelajaran pun wajib lanjut ke materi berikutnya. Woooi,, terus nasib yang bodoh ini gimana donk?? Lantas kenapa saya harus sekolah kalau gitu?? T_T

Saya lebih senang jika melihat para pendidik atau pengajar entah guru maupun seorang dosen, yang pada prinsipnya selalu ingin membangun motivasi setiap peserta didiknya. Tidak semena-mena merendahkan atau menjatuhkan mental siswanya. Seharusnya kan memang seperti ini. Kalau mau jadi guru iyaa harus siap donk ngajarin setiap siswanya walaupun harus berulang-ulang kali agar si bodoh juga bisa merasakan menjadi orang yang pintar. Bukankah ada pepatah bilang, lancar kaji karna diulang!

****

Sedikit ilustrasi contoh yang pernah saya alami, misalkan Budi semester ini berada di kelas unggulan favorit (A++). Sebelumnya dia itu sudah lumayan lah bisa dapet peringkat 2 di kelas C. Tapi begitu dia masuk ke kelas yang baru tersebut, nilainya menjadi anjlok. Satu semester di kelas unggulan tersebut dia cuman bisa nangkring di posisi peringkat 46 dari 47 siswa. Parah banget yaa?

Lalu jika diminta penilaian, menurut sahabat si Budi ini tergolong orang pintar atau bodoh?

Kebanyakan kita pasti akan langsung mengatakan si Budi sangat Bodoh. Bahkan orang tua nya sendiri pun juga ikut bilang begitu kok. Hanya dalam waktu satu semester dirinya sudah di label kan sebagai orang yang bodoh. Lantas gimana nasib si Budi nantinya? Bayangkan saja sendiri. Apa yang terjadi jika seorang pelajar berada dalam kondisi tekanan seperti itu secara terus-menerus. Tentu dirinya pun akan ikut mencaci maki dirinya sendiri. Bisa-bisa mental sang juara nya pun akan hilang dan berganti dengan rasa tidak percaya diri. Dan begitu lah seterusnya.

Dari contoh tersebut saya harap sahabat bisa paham dengan apa yang saya maksud. Saya cuman ingin kita agar tidak terlalu mudah menilai seseorang. Belum tentu hasil test, ujian, tugas, atau apapun itu mutlak adalah memang seluruh hasil dari kemampuan diri seseorang. Bisa saja kan dia memang kurang bisa menguasai ilmu matematika. Tapi ternyata dia lebih bisa menguasai ilmu design grafis, kan tetap saja itu bagus. Dan bisa juga karna faktor mungkin teman-teman sekelasnya yang tidak sebanding tingkatan cara berpikirnya.

Perlu hati-hati juga nih bagi orang-orang yang sering kali di-cap sebagai si pintar. Karna belum tentu memang kita itu pintar, sob! Coba jika perbandingannya dirubah dari penilaian yang biasa. Misal, kelas kita dirubah ke kelas lain yang didalamnya ada banyak orang yang lebih pintar dari kita. Jangan sampai kita sombong dan lupa diri deh! Hanya karna sebatas NILAI pintar atau bodoh itu.

Kuncinya: 
Tetaplah berada pada koridor yang benar berupa niat untuk mau terus belajar demi sebuah ilmu yang bermanfaat.

Jika itu sudah terpasang, indikatornya nanti adalah kita pun tidak akan lagi pernah takut atau ragu untuk mencoba memunculkan ide-ide dan berbagai pemikiran dalam setiap proses pembelajaran dimanapun kapanpun. Tidak penting itu SALAH. Tidak penting itu NILAI yang jelek. Tidak penting orang bilang kita BODOH. Tidak penting orang mengatakan kita ANEH dsb.

Yang penting itu justru sering-sering lah bertanya pada diri kita sendiri. Bahwa berapa banyak ilmu yang sudah saya pelajari hari ini? Dan seberapa banyak pula ilmu yang sudah saya pelajari itu benar-benar bisa bermanfaat untuk orang lain? Atau minimal iyaa harus bermanfaat untuk kehidupan kita sehari-hari! =D

Selamat Belajar.. Tetap Semangat Berkarya Sahabat!!