Tulisan ini melanjutkan tulisan saya yang sebelumnya yaitu Google dan Gramedia. Yang belum baca saya saranin untuk mampir dulu ke halaman artikel tersebut biar cerita kita nih nyambung. Hehehe.. Emang sih agak aneh juga saya, baru kali ini ada artikel tulisan saya yang sampe 2 episode begini nih. Tapi gak papalah yang penting unek-unek dari hati ini bisa tersalurkan melalui blog ini dan kemudian harapannya bisa menjadi pengalaman dan pengetahuan bermanfaat bagi sahabat yang sudah rela capek-capek ngebacanya. Yuuk langsung aja simak penjabaran saya mengenai belajar secara otodidak berikut ini:

***

Perlu kita ingat bahwa sebenarnya kalau kita punya kemauan yang kuat untuk mendapatkan suatu ilmu dan pengetahuan untuk mengembangkan kemampuan dan kapasitas diri kita, insya Allah pasti akan tetep selalu ada jalan hingga kita bener-bener mendapatkannya. Semuanya bergantung niat kita aja!! Makanya usahakan juga niat kita itu selalu terarah ke hal-hal yang positif. Bahaya kalau kecanggihan zaman sekarang ini malah dipakai untuk hal yang negatif. Karna sumber pengetahuan semakin berserakan tanpa batas tinggal tergantung kita masing-masing lah gimana nerimanya, kalau kita gak bisa membatasi diri dengan kuat maka habislah. Kita bisa dengan cepat tumbuh ke arah yang lebih baik atau bisa pula sebaliknya jatuh ke arah yang lebih buruk. Itu semua berawal dari segala pengetahuan yang kita konsumsi sehari-hari, meliputi apa saja baik hal kecil maupun hal besar.

Lewat tulisan ini saya juga ingin menyampaikan, bahwa kita khususnya para pelajar juga perlu melihat dunia luar. Bukan hanya melihat dari sudut pandang dunia yang ada di sekolah melulu. Bayangkan, kita baru mau ke gramedia atau toko buku cuman kalau pas ada guru atau dosen yang nyuruh kita beli buku A atau buku B pengarangnya Udin tahun sekian-sekian. Kalau gak gitu gak pernah, udah gawat itu namanya. Sama halnya dengan ke perpustakan gitu juga. Kalau bukan karna mau ngerjain tugas gak pernah tuh nongol di perpustakan. Begitu juga dengan pemanfaatan internet sebagai media belajar. Jangan hanya karna ada tugas saja baru sibuk browsing-browsing ke sana kemari dan ujung-ujungnya mbah Google yang jadi kecapean tuh.

Coba deh sekali-kali kita keluar dari pola itu, lihatlah betapa banyak ilmu dan pengetahuan diluar sana yang ternyata belum kita ketahui dan perlu kita pelajari, bahkan mungkin lebih penting dari sekedar tugas dan pelajaran di perkuliahan atau sekolah. Inilah yang waktu itu saya rasakan, ketika saya semakin sering browsing internet, mulai aktif serius ngeblog, blogwalking ke blog lain, mampir ke toko buku, minjam buku dari perpustakan kampus sampai beli buku di gramedia. Ternyata barulah saya semakin sadar bahwa saya sempat LUPA DIRI. Iyaa, saya sempat terlena beberapa waktu dengan pola belajar yang ada di kampus yang begitu-begitu saja. Membosankan terkadang. Dan membuat saya sampai lupa untuk membenahi diri dan mengisi pengetahuan saya dengan hal-hal yang juga lebih bermanfaat untuk dimasa depan saya kelak. Sehingga tiba-tiba saya tersadar bahwa kita pun sebenarnya perlu banyak belajar untuk lebih mempersiapkan diri dalam menghadapi dunia yang sesungguhnya yaitu KEHIDUPAN. Mulai dari masa kini, masa depan sampai masa akhirat kelak.

Tentu banyak orang dewasa yang beranggapan yang namanya belajar itu cuman untuk anak-anak sekolahan atau kuliahan. Dan anak sekolahan atau kuliahan sendiri pun punya anggapan lain, bahwa belajar itu cuman ketika ada PR atau tugas dan ketika besoknya ada ujian saja. Sehingga tak heran sang guru atau dosen pun akhirnya memutuskan untuk membuat tugas banyak-banyak dan ujian sering-sering supaya para siswanya terpaksa mau semakin giat untuk belajar. Nah, kalau udah giat BELAJAR tentu pasti bisa dapet NILAI bagus. Kalau dapet nilai bagus itulah yang disebut PINTAR. Saya sangat kurang setuju dengan pola seperti ini karna jelas pada kenyataannya sangat menjerumuskan.

Semakin kita dewasa maka kita perlu semakin banyak memahami kehidupan yang sesungguhnya, bukan sebatas hanya pelajaran di sekolah saja. Itulah yang ada dipikiran saya saat ini. Saya terus berpikir bagaimana caranya agar saya bisa melakukan ini dan bagaimana bisa itu. Untuk itulah saya BELAJAR!! Bukan cuman untuk mengejar sebuah nilai ataupun pengakuan bahwa kita pintar. Tapi lebih bagaimana agar saya bisa lebih mengerti banyak hal tentang kehidupan yang saya inginkan kelak dimasa depan dan bagaimana agar saya bisa memberikan banyak manfaat suatu saat nanti lewat apa yang sudah saya pelajari saat ini. Bagi saya itulah yang sangat penting dalam proses BELAJAR yang sesungguhnya.

Apa yang membedakannya?? PRAKTEK secara nyata itulah bedanya. Kalau kita belajar sendiri untuk suatu hal yang memang ingin kita pelajari atau kuasai tentu untuk mencapai itu kita akan mempraktekkannya langsung di dalam kehidupan kita sehari-hari. Contohnya, saya pengen belajar maen gitar saya praktekin terus sampai bisa, saya pengen bisa ngendarain sepeda motor, pengen bisa masak, pengen bisa nyanyi, pengen bisa hafal Al-Quran, pengen bisa punya usaha sendiri dan pengen bisa yang lainnya. Maka semua itu jelas butuh proses BELAJAR dan PRAKTEK secara nyata, bahkan secara tanpa disadari sekalipun proses itu akan terjadi. Mustahil hanya dengan mendengarkan dan mencatat lalu menilainya dengan sebuah ujian, terus sang guru bilang “Kamu udah pandai naik sepeda motor nilai kamu A”. Pas udah tamat sekolah dia nyoba naik motor, dijamin lah pasti langsung masuk bengkel tuh motornya. Orangnya kemana tanya aja deh sama gurunya. Hehehe.. 😀

Memang gak semua kejadiannya seperti itu. Pasti ada juga pola pembelajaran di sekolah yang baik dan benar yang lebih mengutamakan keberhasilan dari siswa-siswanya. Tapi saya bisa bilang seperti ini pun karna seperti inilah yang pernah saya alami. Bahwa, kebanyakan proses pembelajaran di kelas itu hanya untuk melaksanakan kurikulum yang sudah ada saja. Hari ini kita harus belajar tentang ‘Turunan Eksponensial’ misalnya. Dan besok sudah harus menyinggung ‘Integral’. Masalahnya adalah sistem seperti ini cenderung hanya mengutamakan pencapaian dari banyak materi yang sudah dipelajari berdasarkan aturan kurikulum. Sementara kalau pun ada siswanya yang tidak paham sama sekali, tetap aja hari berikutnya akan masuk ke materi yang lain. “BODOH” begitulah yang bisa dikatakan oleh sang pengajar kepada anak-anak yang ingin belajar, ketika tidak bisa menguasai materi yang sedang diajarkan di dalam kelas.

Jelas ini pembodohan publik!! Orang yang hendak belajar matematika jelas karna dia masih bodoh dalam hal matematika, kalau dia udah merasa pintar untuk apa lagi lah dia mau belajar di kelas?? Mungkin dia udah belajar di tempat lain atau mungkin dia juga udah jadi guru. Nah, tentu kalau sudah thu begitu jelas ada kesalahan di dalam proses pembelajaran itu sendiri makanya masih ada siswa yang merasa belum paham. Dan jika terjadi seperti itu, orang pertama yang seharusnya patut disalahkan adalah sang pengajar. Karna dia lah saat itu orang yang paling pintar di kelas tersebut dan dalam hal ini sebagai sumber pengetahuan dalam proses belajar itu tadi. Iyaa walaupun mungkin benar ada faktor lainnya tapi seperti itulah yang sering terjadi.

Saya salut dengan salah seorang guru matematika yang pernah saya jumpai ketika masih di SMP dulu. Karna beliau sadar dan berani mengatakan langsung kepada siswanya, bahwa ketika ada diantara kalian yang gak paham dengan materi dari saya itu artinya saya lah yang gagal dalam mengajarkan kalian. Untuk itu saya meminta dengan sungguh-sungguh kepada kalian untuk lebih serius lah belajarnya, biar proses belajar ini pun tercapai dengan baik. Satu lagi dia juga bilang, di kelas ini saya yakin gak ada siswanya yang bodoh karna pasti semuanya adalah siswa yang pintar-pintar. Hanya saja yang membedakan adalah tingkat kemalasan dan kerajinan kalian saja. Yang rajin dan bersungguh-sungguh lah yang akan mendapatkan hasil yang terbaik.

Coba bayangkan kalau setiap guru berpikiran sama seperti ini. Dijamin deh seluruh siswa yang ada dikelas itu jadi semangat terus untuk belajar lebih serius. Apalagi kalau di dalam proses belajar tersebut sang guru bisa membuat suasana yang menyenangkan dan menghidupkan keaktifan keseluruhan siswanya. Tentu hasil pencapaian dari proses belajar itu akan benar-benar tercapai. Untuk apalah mengejar-ngejar banyak materi sesuai kurikulum toh kalau ujung-ujungnya gak ada siswanya yang paham dan dianggap BODOH terus. Mending ajari aja sedikit demi sedikit materi tapi bisa membuat siswanya benar-benar paham dengan pelajaran tersebut. Kalau bisa membuat seluruh siswanya menjadi PINTAR itu baru namanya GURU.

Kesimpulannya, mulai sekarang jika kita benar-benar seorang pelajar kita harus benar-benar tahu untuk apa kita belajar, kenapa, kepada siapa, kapan saja, dimana kita bisa, dan bagaimana kita bisa belajar dengan cara sesungguhnya dan lebih efektif! Jangan cuman ikut-ikutan temen doank, kayak arus sungai yang mengalir. Kita lah pelakunya dan diri kita sendiri lah yang ingin diisi dengan pelajaran ilmu dan pengetahuan itu. Sekolah, Guru, Teman, Internet dan Buku itu hanyalah sarana dan media yang membantu kita dalam belajar. Selebihnya tergantung NIAT dan KEINGINAN didalam diri kita masing-masing.

Setelah itu lakukanlah dengan sungguh-sungguh, karna tentu gak usah khwatir lagi deh kalau udah asalnya dari hati pasti BELAJAR itu akan sangat menyenangkan!! Dan jangan lupa pula ketika kita sudah berilmu pergunakanlah dengan sebaik-baiknya, tetaplah menjadi pribadi yang rendah hati dan tebarkanlah pengetahuan itu kepada siapa saja. Ilmu yang paling baik adalah ilmu yang bisa bermanfaat baik untuk di dunia maupun di akhirat kelak. 😀

Semoga bermanfaat dan saatnya BELAJAR dengan cara yang sesungguhnya!
Semagant Berkarya!! Ayoo Berbagi..