Kalau misal ada orang yang lebih mendukung tegaknya khilafah saat ini. Lantas Anda menjawab kepadanya, “Ah, itu kamu sama aja dengan separatisme! Hati-hati sesat kamu.” Lah, masalahnya Anda paham tidak tentang khilafah yang sebenarnya itu gimana? Kalau mau info yang pastinya tanya-tanya aja ke Ustadz +Felix Siauw atau baca bukunya @bukukhilafah.

Faktanya orang-orang yang sibuk mendukung demokrasi, seperti sekarang ini ada yang milih A ada yang milih B. Pada akhirnya malah saling serang-serangan pendapat. Padahal belum tentu jelas siapa yang benar dan siapa yang salah. Akhirnya yang tadinya temenan pun bisa menyimpan kesal dihati. Belum lagi yang berujung dusta dan fitnah. Belum lagi yang mencari-cari dalil kemiripan dengan Al-Quran. Apa gak keliatan yaa umat semakin dibuat terpecah belah oleh ulah mereka? Apa yang duduk di atas sana emang gak merasa bersalah?

Demokras-Rakyat-Pemimpin

Sadarkah Anda bahwa para penguasa pemerintahan itu, hanya peduli dengan suara rakyatnya ketika menjelang PEMILU saja. Nanti setelah berkuasa? Suara rakyat seakan gak sampai ke telinga mereka. Entah dimana nyangkutnya kita ga tahu. Lalu apa untungnya buang-buang suara gitu?

“Oke, tapi kan kalau gak gitu sama aja dengan golput! Hakikatnya kita kan butuh pemimpin. Dan umat wajib memilih pemimpin.”

Kalau misalkan Anda berada di sekumpulan pencuri. Terus diminta milih pemimpin diantaranya. Apakah kita harus memilih juga?

“Iya setidaknya cari yang tingkat keburukannya paling rendah lah.”

Sama aja nanti pun tetap mencuri juga ujung-ujungnya. Dosa iyaa tetap dosa. Mau tanggung jawab sama-sama di akhirat kelak? Paling entar Anda pasti menyalahkan si pemimpin kalau udah terjadi apa-apa. Tugas pemimpin suatu negara bukanlah mudah. Rakyat Indonesia yang jumlahnya 200an juta manusia adalah merupakan tanggung jawab yang besar. Bahkan sosok seperti Umar ibnu Khattab saja pun merasa enggan ketika ditunjuk untuk menjadi pemimpin umat islam yang jumlahnya lebih besar dari Indonesia waktu itu.

Apakah Anda belum sadar juga? Setelah berulang kali gonta-ganti pemimpin pun, kesalahan yang sama tetap saja bisa terulang kembali. Karena apa? Sebenarnya bukan cuman pemimpin dalangnya. Saya tetap saja gak yakin kalau katanya korupsi bisa diberantas habis oleh pemimpin baru di Indonesia nantinya. Kalau katanya SDM bisa aman dari tangan asing. Dan kalau kalau yang lainnya lagi. Sementara wadahnya masih itu itu juga. Kita lihat saja nanti hasilnya seperti apa.

Jelas semua itu memperlihatkan bahwa sistem pemerintahannya lah yang sudah rusak. Bisa saja kalau pemimpinnya bagus tapi bawahannya tetap curang atau sebaliknya. Semua rusak karena otak-otak yang ingin berkuasa. Rusak karna ingin mengincar uang yang banyak. Belum lagi rusak karna dicampuri pihak asing. Cuman yang begini kan gak pernah masuk di TV, jadinya rakyat gak tahu. Inilah demokrasi tahunya menutupi kesalahan dari muka rakyat, dibelakang layar seolah-olah Indonesia cuman milik mereka para penguasa. Padahal amanah dan janji itu kan gak pernah luput dari pengawasan-Nya. Kapan Indonesia bener-bener bisa maju kalau begini? Pemerintahannya saja gak takut dengan azab Sang Pencipta negeri ini.

ISLAM MEMBAWA KEBAIKAN BAGI UMAT

khilafah-demokrasi

Memilih untuk berada di sekumpulan orang baik rasanya lebih pantas. Atau kalau emang kumpulan itu belum ketemu ataupun belum tiba masanya, paling tidak kita gak usah ikut-ikutan mereka deh. Kenapa kok ga boleh? Heran juga kan kalau ada yang melarang-larang seperti itu. Padahal katanya suara rakyat adalah yang utama. Lah, kalau ada rakyat yang mau milih suara kebaikan di jalan-Nya dan lebih memilih berdiri di sisi netral ketimbang jalan Demokrasi, kenapa suara seperti ini gak dihargai? Atau mereka takut kehilangan suara pendukung? Entahlah.

“Tapi kan ini soal Jiwa Nasionalisme dan bukti Cinta Tanah Air, bro! Mending kamu cari negara laen aja deh sana! Yang gak menganut Demokrasi.”

Coba bandingkan dengan ketika kita berjiwa Ukhuwah Islamiyah. Setiap umat itu adalah bersaudara. Justru lebih dari sekedar kata-kata Nasionalisme yang sebatas satu wilayah negara. Dengan landasan iman yang sama, kita pasti rela mengorbankan jiwa dan raga ini demi tegaknya kebenaran dan keadilan antar umat se-dunia. Hey, bukankah Indonesia pun pernah merdeka karna ada lafadz “Allahu Akbar” yang sering terlontarkan dari mulut pejuang-pejuang Islam dahulu? Jelas kekuatannya pasti akan berbeda jika yang digunakan hanya kata “Merdeka” saja.

Berlandaskan cinta kepada Allah dan Rasulullah justru akan lebih ampuh untuk mendorong kita berbuat banyak di negeri ini. Lebih banyak berbuat kebaikan. Lebih mengutamakan kejujuran. Lebih mengutamakan ridho-Nya ketimbang nikmat dunia sesaat. Dan tentu lebih ikhlas memberikan manfaat kepada siapa saja. Setidaknya landasan ini perlu dimiliki oleh seluruh rakyat Indonesia (muslim) untuk tetap berada di jalan yang benar.

Sudahlah cukup Amerika saja yang mengatakan Islam itu Teroris. Kita sebagai sesama rakyat Indonesia mestilah bersatu. Islam tidak pernah mengajarkan untuk berbuat jahat kepada siapapun. Islam lebih menganjurkan kita untuk berperilaku adil kepada siapa saja. Justru Rasulullah saja pun sangat menghargai adanya perbedaan agama. Lantas kenapa tidak mungkin khalifah ditegakkan? Suatu saat nanti? Iyaa pastinya. 😀

Lihatlah zaman sekarang ini apa-apa udah semakin serba abu-abu. Mana yang baik seakan sering diacuhkan. Mana yang buruk seakan dibolehkan. Mestinya kembali lagi kepada keyakinan kita masing-masing. Buka mata? Rasanya malah tetap gak bakalan kelihatan lagi tuh mana yang benar dan mana yang salah. Maka sesungguhnya yang perlu dibuka itu adalah HATI (qalbu). Kelak semoga Allah SWT senantiasa memberikan kita petunjuk, dari jalan yang gelap menuju jalan yang terang benderang. Aamiin.. Aamin yaa Rabbal’alamin.

Wallahu’alam.

sumber gambar 1, gambar 2.