Ngenes itu saat ada kawan kita yang sebenarnya tidak paham tentang A lalu bertanya pada kita, “Kenapa sih bisa A?”. Lalu karna kita paham lantas kita pun menjawabnya, “Karena disebabkan oleh B”.

Setelah si kawan paham, tiba-tiba dia malah unjuk diri menjawab pertanyaan dari dosen misalnya. Mengatakan bahwa A itu bisa terjadi karena disebabkan oleh B.

Sang dosen pun membenarkan jawaban si kawan itu. Dan dia pun mendapatkan penilaian yang baik di mata dosen. Dosen tidak pernah tahu dari mana asal mula jawaban yg dilontarkan si kawan tadi.

Lalu, bagaimana dengan kita? Iya itu tadi ngenes kan? -_-“

*****

mencontek-karya-orang-lain

Sikap seperti ini sebenarnya tidak patut untuk dilakukan. Hal ini semacam mencuri ide orang lain lantas seenak-enaknya mengatasnamakan ide itu sebagai ide miliknya. Copy paste karya orang lain. Plagiat pemikiran orang lain.

Apakah hal ini baik? Tentu tidak. Selain bisa membuat si orang yang di copy marah. Hal semacam ini juga bisa membuat diri si pelaku jadi tidak kreatif.

Iyaa.. hanya orang yang bodoh yang melakukan tindakan semacam itu. Bukan, tepatnya sih orang yang MALAS. Pasalnya kan tidak ada orang yang bodoh di dunia ini, betul? ^^

Kesimpulannya adalah kita jangan sampai lah melakulan sesuatu itu hanya untuk sekedar mendapatkan pujian dari orang lain. Atau semacam penilaian yang mau dibanggakan, terlebih lagi dalam lingkup kelas belajar seperti dunia pendidikan. Hal serupa pun juga berlaku pada lingkup kehidupan yang lain.

*****

Jadilah seperti apa dirimu sebenarnya. Tidak bisa? Iyaa bilang saja tidak bisa. Ngapain pura-pura bisa? Mau sok hebat?

Saya merasa, justru hebat yang sebenarnya itu adalah disaat kita mampu memahami suatu persoalan sedangkan kebanyakan orang lain belum bisa memahami hal tersebut.

Untuk bisa menjadi sang juara kita tidak perlu meniru mutlak sang juara yang pernah ada. Tetaplah jadi diri sendiri. Yang perlu kita lakukan hanyalah fokus untuk meningkatkan kualitas diri.

Seseorang akan menjadi juara, itu karna memang ia pantas menjadi juara. Maka, dirimu juga harus memantaskan diri.

*****

Bagaimana caranya kita memantaskan diri?

Pertama kenali dulu dirimu. Seseorang gak mungkin bisa naik ke level 4 sedangkan dirinya belum tahu dia udah sampe di level berapa. Apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang perlu diperbaiki kan gak tahu jadinya. Siapa dirimu saat ini?

Selanjutnya lakukan semaksimal yang dirimu bisa. Kalau malas yaa gak maksimal. Pokoknya harus sampe sebisanya. Cari tahu dimana limit dirimu mengerjakan sesuatu.

Baru kemudian ukur apa yang sudah kamu lakukan. Buat penilaian terhadap diri sendiri. Sebenarnya disekolah itu contoh yang sangat mudah. Apa-apa guru yang menilai. Pada kehidupan sebenarnya belum tentu. Kita harus mampu menilai sendiri situasi dan kondisi yang dihadapi.

Setelahnya apa yang masih kurang silahkan pelajari lagi. Apa yang belum diketahui coba cari tahu lagi. Dan begitu seterusnya. Hingga pada akhirnya kita mampu memiliki pemahaman sendiri. Sebagai hasil dari proses belajar yang kita lakukan sendiri (bukan hasil contekan).

Bagaimana menurut pendapat Sahabat? 🙂